CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5, Hasrat-Bispak06 Ke-2  payudaraku jelas telah memulai nampak oleh Wawan dan Suwito yang sekarang jadi menelan ludah. Saya terus turunkan handuk ini hingga sampai ujung atas bibir vaginaku yang udah berkali kali berisi penis mereka itu terpajang di depan mereka.

Wawan dan Suwito terus melotot melihati badanku, sampai mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya bertambah semangat memikat mereka, serta pada situasi telanjang bundar seperti berikut, perlahan-lahan saya memutar badanku, lalu saya mengambil langkah ke almari bajuku dengan kaki tersilang seperti orang style yang jalan di atas catwalk.

Saya ambil bra serta celana dalamku dari almari bajuku, berniat kupilih bra yang mempunyai ukuran amat kecil antara semua punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, serta saya mengambil langkah ke situ dengan jenis seperti barusan sekalian mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya berencana berlambat lamban memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… marilah non… membuka dong…", saya dengar nada Wawan dan Suwito di luar yang meminta meminta dengan paras cabul mereka itu.

Entahlah apa yang mereka memohon untuk dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang tentu saya mustahil ingin merestui permintaan mereka.

Dan dalam hati saya bersungut-sungut, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang gak terlampau keras itu dengan terang, tetapi barusan itu mereka bersikap tidak mendengarku. Karenanya saya menentukan untuk membuat mereka tambah haus serta lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja dalam sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal ke mereka berdua. Saya terus memakai celana dalamku, dan seperti barusan, saya berlambat pelan tingkatkan celana dalamku melalui ke-2  pahaku, hingga selanjutnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya ingin perlihatkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya mengangkut ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku bagai tengah menari.

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam tirai jendela kamarku serta tutup beberapa badanku dengan tirai itu, sembari mengerling nakal ke mereka bertiga.

"Telah, saya ingin tidur!", saya berujar dengan suara keras, lalu saya tutup gordin jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengayalkan entahlah sekesal apa Wawan serta Suwito saat ini padaku. Kudengar gebrakan gebrakan kecil pada jendela kamarku, tetapi saya sudah pasti gak pengin menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku untuk keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak seringkali, ternyata mereka udah terbakar gairah dan memaksakan masuk ke sini untuk mendapatku, memerkosaku serta melumat habis badanku.

Jantungku berdetak kuat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya akan aman di kamarku, mereka gak dapat berani melakukan perbuatan lebih jauh seperti menggempur pintu kamarku ini. Sesudah rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut dan nyaman, saya menetapkan untuk lekas tidur siang.

Saya gak ingin tidur kelamaan, karenanya saya menyetel weker biar berdering saat pukul lima sore kelak. Lantas dengan cuman kenakan bra dan celana dalam sesuai ini, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup susah saya usaha buat lekas tertidur. Andy selalu tampil di hadapanku tiap-tiap saya pejamkan mataku. Jika saya buka mataku, saya jadi pengin malam lekas datang serta memikirkan begitu senangnya saya nanti Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, dan tidak tahu berapakah lama lantas baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore saat saya telah terjaga dari tidur siangku. Tetapi rasa lelah serta pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari udah menyusut banyak. Serta saya telah tersenyum senyuman kembali karena bayang-bayang Andy udah kembali isikan hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku risau.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, dan udara dingin AC kamarku langsung mengenai badanku yang cuma berbalut bra dan celana dalam saja. Saya menggigil sementara serta langsung lari ke dalam almari bajuku, lalu saya lekas memakai pakaian rumah versi persentasenya.

"Aduh… krusial deh…", saya meratap dengan cemas.

Saya melihat dari balik korden jendela kamarku, nampaknya Wawan serta Suwito tidak di muka jendela kamarku. Entahlah berada di mana mereka saat ini, gak boleh jangan mereka lagi nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karena itu dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, dan saya cuman dapat lihat Sulikah yang tungguku.

"Mbak, mesti saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan asa jawabnya tak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya pengin membebaskan tukang surat itu pergi, tetapi saya gak ingin selanjutnya saya jadi kian sibuk bila nyatanya yang bakal dikatakan tukang surat itu suatu yang perlu. Terpaksa sekali saya meniti efek ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan berharap harap resah saya melihat apa mereka ada pada kira-kira sini.

"Mbak, mereka berada di mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich ada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang lihat anak majikannya takut bakal digagahi, bukan kasihan, malahan senyuman senyuman semacam ini. Saya sedikit kecewa pada Sulikah, tetapi saya tidak berucap apa apa dan lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku saat saya telah ada di hadapan pengantar itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sekalian memberi suatu amplop padaku, yang rupanya didalamnya Disc. Card dari restaurant favorite Jenny, berikut dengan sebuah pertanda terima serta pulpen padaku.

"Oh ya, terima kasih pak", saya berbicara suka dan menanda handel pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan ria.

Memiliki arti esok atau Senin saya dapat ekspos pada Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Disc. Card ini. Dan saya bakal membayari mereka berdua dari sana buat bikin mereka lebih geram padaku :p

Namun jantungku hampir stop di saat di garasi saya menyaksikan Suwito yang memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan menghindar cekalan Suwito, dan saya lari ke dengan was-was, mengharapkan saya masih menyempatkan masuk ke kamarku serta mengamankan pintu.

"Tidak mesti lari non, buang waktu saja", sentil Suwito sembari ketawa, dan dia mulai melafalkanrku, membuatku makin ketakutan serta saya selalu lari menjurus tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram waktu tau-tau Wawan tampil dari balik tangga, serta saya mengelak sebisaku saat Wawan  ingin tangkapku.

Saya tidak dapat ke tangga,  tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke area tamu, tetapi perlahan-lahan mereka justru membuatku tertekan di sofa area tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di area tamu ini, lalu saya dengan maksud larikan diri ke area keluarga.

Namun mereka lebih bisa cepat menghambatku, dan lagi menahanku sampai saya kembali tersudut, terkepung di grandfather clock yang terpasang di area tamu ini.

"Telah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang tambah merapat dan siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah dan main main sama kami", Suwito menambah sekalian tersenyum cabul.

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

Jantungku berdegap makin kuat. Saya tahu saya tidak boleh sampai ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang jelas kedepannya dapat ditambah lagi dengan pak Bijakin, akan meniduriku hingga sampai mereka suka merampungkan marah birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu inti tempat keluarga yang dilihat disini.

Wawan dan Suwito langsung menengok menuju pintu, jelas mereka terperanjat 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan berikut langsung kugunakan buat larikan diri ketujuan ruangan keluarga, dan saya bisa lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang lantas langsung melafalkanrku.

"Gak boleh lari non!", sengit Wawan yang turut menyebutrku.

Saya mati matian lari sesegera  mungkin ke arah tangga, dan nampaknya saya memanglah bisa lebih cepat pada mereka. Saya lagi tuju ke kamarku, serta saya sukses menutup pintu kamarku cocok saat sebelum handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya dapat lepas. Tentu Wawan serta Suwito lagi usaha buka pintu kamarku. Namun saya pula sadar bila saya telah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan puas.

Lega sekali rasanya saya dapat bebas dari 2 maniak itu. Bukan saya gak ingin layani mereka, saya cuman pengin simpan tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya usai telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat karena baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku  sedikit gak memiliki aturan serta badanku sedikit gemetaran, namun saat ini semua aman. Serta saya pikir jika merendam di air hangat barangkali dapat turunkan kegentinganku.

Jadi saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Gak lupa saya mengikutsertakan handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan saat saya menyaksikan pak Bijakin yang ada dalam kamar mandiku, tidak tahu mulai sejak kapan dia ada pada sini.

Lembar buat lembar kemeja yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat lagi saya mundur mundur sekalian menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Berbudiin mulai dekatiku.

"Pak… tak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun kondisi ini sama, pak Bijaksanain lagi dekatiku.

Saya bertambah was-was, gak tahu mesti lari ke mana. Namun saya masih punyai asa. Asal saya dapat mempermainkan pak Berbudiin sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini serta menggembok pintunya, barangkali saya bisa selamat, sedikitnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya sudah Eliza pengen sama pak Bijaksanain saja, namun tak boleh panggil yang lain ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja dan sekarang saya malahan merapat ke pak Berbudiin.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku di saat pak Bijaksanain yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini jadi buka gordin kamarku yang memang benar ada di dekatnya.

Saya telah putus harapan, keinginanku sirna sekali-kali di saat saya menyaksikan kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Berbudiin, lantaran itu mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan serta Suwito.

Saya tidak mungkin memiliki cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, lantaran pada saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Berbudiin sudah tentu menangkapku.

"Saya sich suka senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, sekedar saya gak sedap sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan karena mereka pun", kata pak Bijakin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya sangat dongkol dengar kalimat pak Bijaksanain, yang benar-benar betul itu. Kalaupun dahulu Wawan dan Suwito tak mengawali kekurang tuntunan mereka kepadaku, belumlah pasti pak Berbudiin dapat turut nikmati badanku sama mereka.

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

Lebih kembali, belumlah pasti saya mesti jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri semenjak tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tiada waktu buatku untuk mengenang waktu saat kemarin.  Saya sadar kini pak Berbudiin telah dekat sekali, dan saya sempat berputar-balik ke belakang buat mengelit waktu pak Berbudiin coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, sekarang saya nyata-nyata terasa dapat dicabuli.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Mari bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek nggak, saiki kene lak ngaplo maneh? Tetapi saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes gak buko. Wedine non Eliza mlebu lan bersembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Berbudiin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Bijaksanain terus dekatiku.

Buat yang gak pahami perbincangan mereka yang gunakan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan ajukan pertanyaan apa pak Berbudiin berada di dalam kamarku, dan memerintah pak Bijakin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijaksanain menyetujui bila dia ada pada dalam sini, sekalian menyenangkan diri karena dia barusan menanti dalam kamar mandiku. Jika tidak, saat ini mereka pastilah kembali tidak bekerja. Namun pak Berbudiin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, sebab pak Berbudiin khawatir saya dapat masuk serta sembunyi di kamar mandiku saat dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Terkecuali itu pak Bijaksanain pula minta Suwito buat tunggu di muka pintu kamarku, sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dirinya. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana pun, sebab seluruh jalan keluar kamarku telah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Nyata-nyata hilang ingatan, pak Bijakin hingga udah bikin taktik seperti berikut untuk tangkapku, serta benar-benar mereka sukses membuatku terkepung di kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat pikirkan ini, yang pasti waktu ini saya tidak dapat melakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal menanti waktu sebelumnya badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit waktu ke-2  tanganku telah ketangkap pak Berbudiin yang tiba-tiba menangkapku, dan saya sekali-kali gak sempat mengelit sebab semangatku telah sirna.

Saya mulai coba meronta, namun seluruhnya sia-sia saja. Apalah makna tenagaku, seseorang gadis yang imut bila ketimbang dengan pak Berbudiin yang memiliki tubuh tegap serta kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengamankannya. Gordin itu pula ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang dilihat benar-benar suka dengan kesuksesan kiat pak Berbudiin.

Lalu Wawan melangkah mengarah pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, serta dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama-sama tos dengan semangat, membuatku lebih lemas lihat ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah ke-3  pejantan yang tentu akan selekasnya melumat badanku untuk menumpahkan marah mereka padaku. Tidak tahu mereka akan menghajarku kayak apa, saya tidak berani mengandaikan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat Wawan serta Suwito dekatiku sembari menyeringai. Meskipun sebetulnya mereka berkali-kali nikmati badanku, tetap sekarang saya merinding takut memandang tatapan mereka yang seperti ingin menelanku bundar bulat.

Saya selalu coba membebaskan ke-2  tanganku dari cengkaman tangan pak Berbudiin.

"Jangan… tak boleh sekarang… esok saja… tak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas udah melumat bibirku.

Pada saat saya mengesah rintih hingga kemudian megap megap karena kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEX AKIBAT KENAKALAN ELIZA MONTOK PART5

Saya tidak menyaksikan siapakah yang melaksanakannya, namun dengan pak Bijaksanain yang mencekam ke-2  tanganku dan Suwito yang masih memagut bibirku, saya tahu eksekutornya tentu Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, dan seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, dan di saat pak Berbudiin membebaskan cekamannya di tangan kananku, saya telah terlampau rusuh buat gunakan tangan kananku tidak tahu buat menggerakkan Suwito yang repot melumat bibirku, atau Wawan yang selalu memagut bibir vaginaku. Apalagi tenaga di tangan kananku ini rasanya amblas entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta serta merengek-rengek di saat Suwito membebaskan pagutannya pada bibirku.

"Lepasin? Non Eliza gak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Bijakin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Sekarang saya tinggal memakai bra yang mempunyai warna putih ini, dan saya tahu selekasnya pembantaian kepada diriku akan lekas diawali.

Pak Berbudiin dan Suwito yang berdiri di sisi kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama