CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA, Hasrat-Bispak06 Seluruh orang didalamnya perlu berusaha dan berkorban supaya tidak tergusur, dan tidak seluruhnya jalan yang dapat dilintasi itu terang-benderang…Izinkan saya bercerita cerita hidup saya. Nama saya Darmini, tetapi orang tidak banyak yang kenal nama asli saya. Bapak serta Simbok panggil saya Denok, itu panggilan biasa untuk anak wanita di daerah saya, namun maknanya tidak hanya itu. Denok pun memiliki arti montok alias sintal, dan ternyata makna itu yang lebih dikenang banyak orang-orang di kehidupan saya di Ibu-kota. Periode kecil saya dihabiskan di daerah, jauh dari Ibu-kota. Saya anak satu-satunya Bapak serta Simbok, satu keluarga petani penggarap yang tidak berpunya. Semenjak kecil saya diajari menari oleh Simbok, sebab beliau sendiri waktu muda merupakan orang penari, dan kerapkali ditanggap kalaupun ada acara di daerah. Sayang, kehidupan kami yang damai di daerah berhenti sewaktu satu hari saya serta Simbok menemukan Bapak menggantung diri. Rupanya Bapak punyai banyak hutang lantaran hilang ingatan judi, dan beliau tak sanggup membayar hutangnya itu. Kami terang bersusah-hati lantaran Bapak telah tak ada, tetapi juga kebingungan sebab sekian hari sesudah Bapak disemayamkan, kami ditendang dari rumah karena rumah kami diambil biro judi yang memberikan hutang pada Bapak. Kami tidak punyai lokasi tujuan, serta uang simpanan kami gak berapa. Simbok selanjutnya ngotot membawa saya berpindah ke Ibu-kota cari penghidupan.

"Denok, kita tidak dapat apapun kembali di sini, di kota kita dapat mencoba mencari uang, semoga dari sana mendingan ketimbang di sini," kata Simbok.

Saya cuman alumnus SMP, Simbok alumnus SD. Kami sama tidak sadar hidup di Ibu-kota demikian beratnya. Melamar pekerjaan ke sana-kemari, tidak diterima lantaran dirasa pengajaran kurang tinggi. Mencari kerja yang gak penting ijazah, tandingan sangat banyak. Pada akhirnya sehabis cukuplah lama melihat beberapa peluang yang ada, Simbok memastikan untuk memakai keterampilan kami. 

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

Hanya modal baju serta peralatan yang kami membawa dari daerah, dan radio tape sisa dan kaset-kaset musik tradisionil yang kami membeli dari pasar loak dengan tersisa uang, awali kami berdua jadi penari jalanan.

Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota lagi persiapan ujian akhir SMA atau meniti tahun awalan kuliah, serta yang di kampung menanti dijodohkan oleh orangtuanya, saya memulai menjalani kehidupan baru, menawarkan ketrampilan seni tari bersama Simbok. Awalannya kami berkeliling-keliling Ibu-kota, sebatas cari keramaian di mana kami dapat mendapat sekian lembar rupiah buat melanjutkan hidup. Kami biasa mulai pagi-pagi, mengkaji jalanan Ibu-kota untuk cari beberapa orang yang pengen kami hibur dengan tarian kami. Nyatanya tidak enteng pula cari uang melalui cara sebagai berikut, paling-paling yang kami temukan cukup hanya buat makan kami berdua, satu atau kedua kalinya dalam hari itu. Dan gak di seluruhnya tempat kami dapat mendapatkan pirsawan yang siap bayar, kadangkala kami justru ditendang atau dihardik. Sehabis lumayan lama, kami berjumpa tempat di mana kami dapat selalu bisa pemirsa serta uang: satu pasar induk yang lumayan besar, dan lingkungan disekitarnya. Kami lantas sewa satu kamar kontrak murah di dekat Pasar. Banyak orang-orang di Pasar, yang dari kelompok menengah ke bawah, haus kesenangan murah yang dapat membikin mereka ingat daerah semasing. Kedatangan kami di situ selalu disongsong senyuman, tawa, dan helai-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Meskipun kerapkali helai-lembar itu dikasihkan ke kami kurang santun umpamanya dengan diselinapkan ke baju kami. Apa saya serta Simbok benar-benar memikat? Tidak tahu ya. Saya sendiri tidak berasa elok. Selaku anak petani yang kerap main di luar semenjak kecil, kulit saya jadi lumayan gelap terbakar matahari. Namun Simbok pun sejak dulu selalu mengarahkan serta mengingati saya untuk menjaga badan kendati lewat cara simpel, jadi meski sawo masak, kulit saya masih mulus serta tak jerawatan apa lagi bopeng-bopeng lho.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Oh iya, barusan kan saya telah narasi makna nama panggilan saya, Denok. Dipertimbangkan betul pun sich bila di katakan saya montok. Gak tahu mengapa, walau rasanya dari kecil makanan saya bergizi ngepas, kok tetap tubuh saya bisa-bisa ya. Sebelumnya remaja saja tetek saya telah tumbuh, dan saat ini jadi subur gumebyur hingga saya selalu khawatir dengan kemben saya setiap kali menari. Pantat saya  cepat dikarenakan dibuat latihan olah badan dalam tarian. Ada yang omong bahenol, saya sich matur nuwun saja kalaupun ada yang kira demikian. Terheran-herannya, meski atas bawah besar, tengahnya tidak turut besar, perut dan pinggang saya masih singset. Saya kira masih singset masalahnya sepertinya kelak tubuh saya akan menjadi seperti tubuh Simbok, tengahnya mulai ikut-ikutan lebar. Nach, bila Simbok itu benar-benar elok. Hingga usia begitu juga beliau masih elok. cerpensex.com Manalagi apabila sudah gunakan sanggul serta dandan, wuihh. Semuanya orang nengok serta gak tonton apapun kembali. Saya sendiri terus terasa buruk lho kalaupun tampil bersama Simbok. Ah, tetapi sedunia cuman saya sendiri yang nganggap muka saya tidak baik. Disamping Simbok, beberapa orang yang umum lihat kami menari kok seluruhnya katakan saya elok. Saya berpikir, ini sich pinter-pinternya Simbok merias saya saja. Waktu pertama kalinya didandani buat ngamen, saya protes, kok ribet benar-benar. Rambut harus disasak, disanggul, disunggar, gunakan tusuk serta kembang. Muka harus dibedaki tebal-tebal, sampai lain warna dengan tubuh. Barangkali tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang tidak ketutupan. Alis saya yang telah tebal dibuat lebih tebal. Bibir  diberikan gincu warna merah oke. Saya kala itu ngeluh, 

"Kok telah seperti penganten saja, Mbok."

Simbok menjawab, "Yang bernama penari itu tidak bisa biasa saja, nduk. Harus kinclong, manglingi. Kita perlu membuat suka yang melihat."

Lama-kelamaan saya biasa pun memanfaatkan dandanan begitu, justru saya bikin guyonan sama Simbok.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Mbok, saya wis tiap hari tercipta penganten, nanti jika nikah betulan perlu seperti apakah diriasnya?" Dandan muka yang tebal jadi sisi seragam kerja saya, sama dengan kemben, kain batik, serta selendang. 

Tetapi memang yang bernama nasib itu jalannya gak ada yang mengetahui. 2 bulan kami ada di dekat Pasar, bencana ada kembali. Waktu tengah nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Cedera kritis. Saya cemas, beberapa orang di seputar beramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Namun Simbok tidak terbantu. Simbok wafat di rumah sakit selesai 2 hari dua malam usaha ditolong dokter dari sana. Sesungguhnya mulai sejak ketabrak pula Simbok tidak ada impian, namun tidak tahu mengapa beliau lama sekali kematiannya. Sekaratnya hingga sepanjang hari. Hingga sampai tidak sampai hati saya memandangnya. Kala itu ada yang bisik-bisik, kemungkinan Simbok pasang susuk, sebab itu kematiannya sulit. Orang kok sampai hati ya bicara semacam itu. Namun apa itu betul atau tidak, saya tak ingin tahu, biarkan itu menjadi rahasia Simbok. Saya pada akhirnya sendirian di Ibu-kota, seperginya Simbok. Ditambahkan lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan penyemayaman, malahan harus berutang kemanapun. Saya gak bisa melaksanakan acara beberapa macam buat Simbok, cuman dapat doakan sendiri mudah-mudahan sukma Simbok dapat tenang di alam sana dan bertemu kembali dengan Bapak. Satu minggu lebih saya di sewa saja karena begitu sendu. Barangkali tiap hari saya menangis, berduka ingat Simbok, pun kesepian. Selanjutnya saya memaksakan diri untuk keluar kembali, ngamen kembali, karena uang udah habis serta saya  harus lawan banyak tukang tagih hutang yang tak ingin tahu kepelikan saya . Maka, 1 minggu selepas Simbok disemayamkan, saya kembali bersiap untuk keluar, menari. Dihadapan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul dan kembang, saya bedaki muka saya supaya gak nampak sejumlah bekas menangis, saya gunakan kembali kemben serta kain, saya sampirkan selendang di leher. 

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

Ealah, sesuai keluar kamar saya justru berjumpa dengan ibu yang mempunyai sewa. Sang ibu tidak gunakan basa-basi langsung tagih tunggakan dua bulan. Saya tidak mempunyai uang, jadi saya hanya dapat katakan maaf, dan sang ibu jadi ngancam secara lembut. Gak apapun tidak bayar, tukasnya, namun esok kamu keluar tempat saya. Haduh biyung, kok gak habis-habis ya kendala untuk saya. Saya ingin usaha dahulu, kata saya, kelak bakal saya bayar. Hari itu saya pergi ngamen, usaha mencari uang buat hidup.

Naasnya, hari itu pasar lumayan sepi, serta sehabis dua jam saya baru bisa Rp5000 sehabis menari di pangkalan ojek. Saya tidak dapat fokus, kepala sarat dengan ingatan, bagaimana tekniknya agar kelak bila pulang sudah mempunyai cukup uang buat bayar sewaan. Belum beberapa utang yang lain. Saat siang, saya sedang jalan di barisan toko toko besar dari sisi Pasar. Serta di muka toko beras terbesar di Pasar, saya menyaksikan Juragan tengah mengalkulasi segepok uang. Beliau baru-baru ini terima banyak uang, ternyata ada orang yang habis mborong. Saya masa itu cuman tahu beliau selaku ‘Juragan'. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau telah tua, lebih tua ketimbang Simbok, barangkali umurnya telah 50 atau 60 tahun. Kepalanya nyaris botak, rambutnya tipis beruban, kumis serta jenggotnya jarang. Tubuhnya besar dan perutnya gemuk. Sekali 2x saya dan Simbok pernah menari di muka tokonya, dan pegawai-pegawainya memberinya kami uang namun beliau tidak. Namun beliau pernah pinjamkan uang terhadap Simbok, serta Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri mendatangi Juragan. Ia sendirian di muka toko, sementara anak buahnya repot dalam dan ada di belakang. Tokonya sedang sepi, tak ada konsumen.

"Juragan," pinta saya. "Anu… saya…"

Juragan menyaksikan saya dengan acuh. "Ada apakah, Denok?"

"…saya… saya…" Duh, saya gak kuat bilangnya. Tetapi saya mesti ngomong. "…saya bisa pinjam uang, Juragan? Uang saya telah habis untuk cost penyemayaman Simbok…

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Saat ini saya perlu bayar kontrak dua bulan…"

"Hah?" Juragan lihat saya dengan aneh, "Kamu perlu uang?"

"Tolong, Juragan," saya mengharap kembali, "Saya telah ditagih, ini hari harus ada, atau saya ditendang. Saya janji akan balikkan selekas mungkin."

Eh, kok Juragan langsung kantongi segepok uang tadi ia hitung-hitung.

"Denok," kata beliau dengan dingin, "Saya ini pedagang, bukan tukang beri hutang. Kamu butuh uang? Kerja sana. Atau kamu berjualan saja." 

"Saya saat ini pula kembali kerja, Juragan," saya geram tetapi tak berani menunjukkan; nampaknya Juragan tak mau pinjamkan uang. "Cuman ngerinya saya tidak dapat cukup dapat uang ini hari untuk membayar kontrak. Kalaupun berjualan, saya tidak mempunyai apapun, harus jual apa?"

Tetapi terus tatapan Juragan kok berganti menjadi aneh… Beliau dekati saya serta merengkuh saya. Tangannya yang besar itu menggenggam pundak saya.

"Siapa yang ngomong kamu gak miliki apapun?" bisiknya. "Tubuh kamu bagus, Denok. Saya pengen kok mbayar buat itu." Beliau tarik badan saya merapat ke tubuhnya, sampai pipi saya melekat dari sisi dadanya yang gendut.

"Ihh?!" saya terkejut dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang bernama bisikan iblis? "Tubuh… saya?" Bisikan Juragan terus terngiang di kepala saya. Bergidik bulu-bulu kuduk saya memikirkan apa artinya itu.

"Kalaupun kamu pengen, Denok, saya lunasi bill kontrakanmu yang 2 bulan itu sekaligus mbayar untuk bulan kedepan," bisik Juragan kembali.

Duh, biyung, saya harus bagaimana? Saya butuh uang, tetapi apa harus dengan semacam ini? Namun jika gak, bagaimana kembali? Yang ada saya akan ditendang, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama pula. Saya tidak miliki alternatif lain…

"…mau, Juragan…" saya berbisik, lirih sekali sampai gak terdengaran. Jika saja gak ketutupan bedak, barangkali telah terlihat muka saya beralih merah seperti cabai.

Juragan tertawa, tubuhnya yang gemuk itu hingga terbuncang-guncang. "Bagus, Denok. Marilah turut saya. Kamu ikutin saja kataku, kelak kubayar kamu, ya?"

Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. 

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

Juragan bawa saya naik tangga dari sisi toko, masuk ke tempat tinggalnya. Juragan nyatanya tinggal sendirian. Saya ingin tahu, apa Juragan tidak punyai istri? Kami masuk rumah Juragan. Saya selalu melihati lantai, tak berani membawa kepala, tetapi kadang-kadang saya ngintip ke sana-kemari memandang kondisi.

Juragan ternyata tinggal sendirian di atas tokonya. Ada photo tua yang memperlihatkan Juragan dengan seseorang wanita—istrinya kah? Juragan menggamit tangan saya masuk ke satu kamar. Ruang tidurnya. Ia suruh saya duduk di tempat tidur. Saya duduk, sembari tundukkan kepala. Juragan berdiri di muka saya, memonitor sekujur badan saya. Ia sentuh dagu saya, sembari ngomong,

"Denok, angkat kepalamu, saksikan saya." Saya nurut. Kemungkinan ia saksikan mata saya ketakutan 1/2 mati.

"Membuka kembenmu," ucapnya.

Ia simpan selembar uang Rp50.000 dari sisi saya. Saya melihat, menyaksikan uang itu. Besar sekali untuk saya. Umumnya sepanjang hari menari saya tidak pernah mendapat uang sejumlah itu. Namun saya masih ragu-ragu. Juragan mendadak pengin ambil kembali uang itu.

"Jika tidak ingin ya telah," tuturnya dengan suara kurang puas.

Namun saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya terlepas ikatan kemben di punggung saya, lalu perlahan-lahan saya urai belitan kain kemben merah yang membebat tubuh saya. Cocok tinggal selembar belitan yang tutup tetek saya, saya jadi malu, dan saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum menyaksikan saya.

"Wahh…susu kamu besar, ya? Buat orang hasrat ajah…" saya tonton Juragan nyengir lebar seusai bicara itu. sumpah, baru kesempatan ini ada lelaki terbuka ngaku sesuai itu.

Helai uang lima puluh ribu tadi disimpan Juragan di sisi saya ia mengambil, lipat, lalu ia berikan ke… aduh! Ia berikan ke belahan dada saya!

"Itu untuk kamu, Denok," ujarnya. Duh, gak yakin rasanya. 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Awalnya saya serta Simbok perlu menari sepanjang hari, sampai pegal-pegal, buat dapat duit kurang dari 5 puluh ribu. Tapi… saat ini saya dapat duit sejumlah itu … kok enteng sekali?

"Betulan buat saya…?" Tetap tidak yakin, saya bertanya kembali.

"Iya… asal kamu membuka seluruhnya," kata Juragan sembari menyeringai. "Tubuh kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…"

Duh, apa artinya itu? Apa Juragan senang dengan badan saya? Seumur-umur belum sempat ada orang yang katakan itu ke saya… Jantung saya deg-degan dengarnya. Juragan menarik kain kemben masih ditahan tangan saya, dan kainnya melesat demikian saja tanpa saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan ke-2  tangan. Aduh… malu sekali rasanya, telanjang di muka orang lain…Tapi saya bisa memperoleh uang…

"Nach, Denok, saat ini membuka kainnya, ya?" saat ini Juragan meminta saya membuka pula kain batik coklat yang saya gunakan.

Kemungkinan sebab barusan saya malu dan lamban satu kali membuka kemben, Juragan dekati saya serta menyibak kain batik saya. Saya seketika mundur, tetapi tangan Juragan terus menggenggam bahu saya.

"Gak boleh takut, Denok…" tukasnya.

Juragan  menggenggam paha saya masih beberapa tertutup kain batik. Ia remas sedikit paha saya. Nada "Eihh" keluar mulut saya, malu sebab sentuhan Juragan. Tangannya selanjutnya nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bergesekan dengan kulit paha saya, serta saya semakin deg-degan. Ia lagi remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar suara jenis-jenis dari mulut saya. Tangan satunya terus nyibak kain saya, sampai ke dekat pinggang… Duh, biyung, lagi diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara ke-2  kaki, betis, dengkul, hingga paha saya udah dikeluarkan dari kemasnya, sedikit kembali kancut saya nampak!

"Tiduran saja, Denok!" suruh Juragan.

Saya nuruti perintahnya, perlahan-lahan saya rebahkan tubuh atas saya. Ke-2  tangan saya terus nutupi sepasang tetek saya. 

CERITA DEWASA PENARI BOHAI JALANAN DIPERKOSA

Sanggul yang masih belum saya lepas (apa semestinya saya lepas ?) ngganjal belakang kepala saya. Serta sembari saya tiduran itu, tangan Juragan berlaga sangkutan paling akhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Ke-2  tangan saya untuk pekerjaan: satu membujur di muka dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

Saya ragu, namun tidak tahu mengapa, saya  kok merasa hasrat saya bangun? Aduh? Kok berikut jadi? Juragan terus terusan lihat sekujur badan saya, sekalian memberi pujian.

"Marilah donk, tidak mesti tertutupin," kata Juragan. "Tanganmu disingkirin donk? Denok, kalaupun kamu pengen kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…

Ke-2  tangan saya digenggam Juragan, lalu perlahan-lahan dimasukkan dari sisi tubuh saya. Duh, bubar dech pertahanan saya. Saat ini susu saya tidak ada kembali yang tutupi. Saat ini kancut saya terlihat.

"Euh… Juragan… pengen pegang?" kata saya kebingungan. "Ja… jadi saat ini tujuh puluh ribu?"

BERSAMBUNG....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama